Rabu, 19 Februari 2014

Tokoh Pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia



TOKOH-TOKOH PEMBARUAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA

A.    Syaikh Abdullah Ahmad (lahir di Padang Panjang,1870)
Pemikiran pendidikannya:
1.      Tentang pemerataan pendidikan, pertama kali memperkenalkan madrasah
2.      Tentang kurikulum, gagasan ini memperlihatkan dengan jelas adanya ide integrasi antara ilmu agama dan ilmu umum pada lembaga pendidikan
3.      Tentang dana pendidikan, mendapatkan subsidi dari pemerintah
4.      Tentang kemodernan, ditandai dengan sikap keterbukaan yang objektif dan kritis
5.      Tentang metode pengajaran, yang dikenal dengan metode diskusi

B.     Rahmah El-Yunusiah (lahir di Padang Panjang, 29 Desember 1900)
Usaha-usaha beliau dalam pendidikan:
1.      Rahmah El-Yunusiah adalah orang pertama yang peduli dengan nasib kaum wanita
2.      Adalah orang pertama yang mendirikan sekolah wanita
3.      Adalah pendidik yang berjiwa nasionalisme dan patriotism
4.      Tercatat sebagai orang pertama kali yang memiliki cita-cita mendirikan perguruan dan Rumah Sakit bagi wanita

C.    Syaikh Ibrahi Musa Parabek (1884)
1.      Beliau adalah tokoh dan ulama islam yang memiliki komitmen untuk memajukan dan mengembangkan kehidupan masyrakat sesuai Al Qur’an dan haddits
2.      Upaya pembaruan dalam pendidikan islam dinilai berhasil, karena kealaman ilmunya.

D.    Prof. Dr. H. Mahmud Yunus (lahir di Batusangkar ,10 Februari 1899)
Usaha-usaha dan pemikirannya:
1.      Dalam kelembagaan, Mahmud Yunus mengubah system pengajaran bercorak individual menjadi pengajaran klasikal
2.      Dalam metode pengajaran, beliau amat memberikan perhatian cukup besar

E.     Muhammad Natsir (17 Juli 1908)
Gagasan dan pemikiran pendidikan
Pandangan beliau terhadap peran pendidikan tampak dipengaruhi oleh situasi penjajahan belanda yang cnderung memperbudak rakyat beliau ingin pendidikan dapat membebaskan manusia dari belenggu, tekanan dan intimidasi
F.     K.H.Ahmad Dahlan (1869)
Pemikiran pendidika
1.      Dalm perannya beliau mengintegrasikan ilmu agama dan umum, dengan cara mengajarkan kedua ilmu tersebut di madrasah sebagai tokoh pembaru dalam pendidikan , dakwah dan social keagamaan

G.    K.H.Hasyim Asy’ari (14 februari 1871)
Pemikirannya dalam bidang  pendidikan
1.      Mengajar
2.      Mendirikan pesantren
3.      Mendirikan organisasi

H.    Ki Hajar Dewantara (2 mei 1889)
Gagasan dan pemikirannya
1.      Melalui lembaga pendidikan yang diaasuhnya, melihat bahwa pendidikan agama dan budi pekerti amat penting bagi kehidupan
2.      Beliau melihat perlunya pendidikan bertaraf internasional
3.      Mendirikan taman kanak-kanak, sebagai dasar pendidikan
4.      Beliau melihat bahwa pendidikan yang berbasis system podok merupakan alternative yang memiliki banyak keuntungan.

I.       K. H. Abdullah Syafi’I (10 Agustus 1910)
Pemikiran dan usahanya
1.      Materi pendidikan, berpendapat bhwa materi pendidikan islam meliputi disiplin ilmu islam dan umum
2.      Metode pengajaran, metode yang didasarkan pada Al Qur’an dan Sunnah
3.      Tipologi guru yang baik, menurutnya guru bukan hanya member ilmu, juga bertugas membentuk watak, karakter, dan kepribadian anak didik.

J.      K. H. Abdullah Bin Buh (30 Juni 1905)
Gagasan dan pemikian pendidikan
1.      Tujuan pendidikan, menginginkan agar pendidikan diarahkan untuk menghasilkan manusia yang dapat mengabdikan diri kepada Allah.
2.      Materi pendidikan, beliau mengininkan selain belajar agama juga mempelajari pelajaran umum
3.       Guru, mengiinginkan tenaga guru yang handal dan professional
4.      Bentuk pendidikan, bukan hanya berlangsung di kelas-kelas secara formal juga berlangsung di masyarakat


K.    K. H. Imam Zarkasyi (21 Maret 1910)
Pemikirannya:
1.      Pengelolaan madrasah, upaya memejukan madrasah adalah dengan cara menyerahkan pengelolannya kepada Departemen Agama
2.      Pembaruan pesantren, pendidikan yang diarahkan untuk mempersiapkan pesrta didik agar mampu hidup bermasyarakat
3.      Metode pngajaran bahasa, yang diarahkan pada penguasaan aktif dengan memperbanyak latihan

L.     K. H. Saifudin Zuhri (1 Oktober 1919)
Gagasan dan pemikirannya
1.      Meratakan dan mendirikan IAIN

M.   Prof. Dr. Zakiah Darajat
Adalah seorang ahli ilmu jiwa agama yang berpegang teguh pada ajaran Al Qur’an da as Sunnah serta pemikiran (ijtihad) yang tidak bertentangan pada Al Qur’an dan Sunnah.

N.    Prof. dr. Harun Nasution
Gagasan dan pemikirannya:
1.      Menumbuhkan tradisi ilmiah
2.      Memperbarui kurikulum
3.      Pembinaan tenaga dosen
4.      Pengembangan perpustakaan
5.      Pengembangan organisasi
6.      Pembukaan program pascasarjana
7.      Menjadikan IAIN sebagai pusat pembaruan islam

O.    Prof. Dr. Mastuhu, M.Ed
Gagasan dan pemikirannya:
1.      Dunia pesantren menilai bahwa melaksanakan usaha pendidikan merupakn ibadah kepada Allah
2.      Dunia pesantren memandang bahwa bekerja di pesantren sebagai tempat menuntut ilmu dan mengabdi

P.     Prof. Dr. Malik Fadjar, M.Sc




Q.    Prof. Dr. Nurcholish Madjid

Gagasan dan pemikirannya:
1.      Pembaruan pesantren
2.      Kebangkitan gerakan intelektual dikalangan umat islam
3.      Peningkatan pengamalan agama
4.      Perpustakaan masjid
5.      Pendidikan agama dalam rumah tangga

R.    K.H. Abdurrahman Wahid
Gus Dur berpendapat bahwa tradisi pendidikan pesantren yang bernuansa masyarakat, merupakan modal yang amat berharga bagi pengembangan pendidikan. Menurutnya tradisi pesantren terbukti sangat ampuh dalam memeinkan perannya sebagai benteng kultural dan agama yang dapat diharapkan mampu menjadi penyelamat generasi muda muslim. Pemikiran Gus Dur dalam bidang pendidikan secara siknifikan berkisar pada moderenisasi pendidikan pesantren. Pendekatan dalam pengajaran di pesantren harus disempurnakan dengan metode pengajaran yang berfikir kritis dan kreatif. Sedangkan dalam segi kepemimpinan harus dilakukan perpaduan antara kepemimpinan yang bercorak karismatik dengan kepemimpinan yang demokratis.

S.      Prof. Dr. H.M.QuraishShihab, M.A.
Adalah tafsir Al Qur’an yang disegani dan penulis yang sangat produktif.

T.     AS Panji Gumilang
Adalah seorang tokoh yang berhasilmembangun lembaga pendidikan terbesar dan termegah di Asia Tenggara.

U.    Prof. Dr. Azyumardi Azra, M.A.








Makalah Hakikat Tujuan pendidikan Islam



Hakekat Tujuan Pendidikan Islam
BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang Masalah
Tujuan pendidikan merupakan sesuatu yang sentral dalam pendidikan. Sebab tanpa perumusan yang jelas tentang tujuan pendidikan, perbuatan menjadi tanpa arah, bahkan salah langkah dan tidak sesuai dengan harapan. Demikian juga dengan pendidikan Islam yang berusaha untuk membentuk pribadi manusia melalui proses yang panjang dengan suatu tujuan pendidikan yang jelas dan direncanakan.
Namun, tidak semua tujuan yang telah direncanakan tersebut berjalan mulus tanpa sandungan sedikitpun. Permasalahan seringkali muncul yang berkaitan dengan tujuan pendidikan Islam, yaitu ketika output pendidikan yang dihasilkan tidak sesuai dengan tujuan tersebut. Berdasarkan masalah tersebut di atas, telah ditemukan kasus-kasus seperti korupsi, pelecehan seksual, kekerasan dalam rumah tangga dan lain sebagainya yang dilakukan oleh seorang yang telah mengenyam sebuah pendidikan Islam. Kejadian ini dapat diidentifikasi sebagai kurangnya pemahaman tentang  hakekat tujuan pendidikan Islam dalam pribadi orang tersebut.
Dari contoh kejadian kasus di atas, dapat diambil suatu pertanyaan, “Bagaimanakah sebetulnya hakekat tujuan pendidikan Islam itu?” Realitas ini sangat penting untuk dibahas dalam makalah ini.
Untuk itu pembahasan makalah ini diangkat untuk mengungkap masalah-masalah tersebut. Berdasarkan keterangan-keterangan, telah ditemukan pernyataan para ulama maupun pakar dalam menjelaskan hakekat tujuan Pendidikan Islam dan hal-hal yang terkait dengannya.
Selanjutnya, berangkat dari latar belakang masalah tersebut di atas, maka penulisan makalah ini kami beri judul “Hakekat Tujuan Pendidikan Islam”.
B.       Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang kami angkat dalam makalah ini adalah :
1.     Apa pengertian tujuan pendidikan Islam secara terminologis, epistemologis dan ontologis ?
2.     Apa saja asas, peranan dan fungsi tujuan Pendidikan Islam ?
3.     Apa saja karakteristik Pendidikan Islam ?
4.     Apa saja macam-macam tujuan Pendidikan Islam ?
5.     Apa saja contoh permasalahan yang terkait dengan tujuan pendidikan Islam ?
C.     Tujuan Penulisan
             Adapun tujuan penulisan dalam makalah ini adalah agar kita dapat menjelaskan/ mendeskripsikan :
1.    Pengertian tujuan pendidikan Islam secara terminologis, epistemologis dan ontologis
2.    Asas, peranan dan fungsi tujuan Pendidikan Islam
3.    Karakteristik Pendidikan Islam
4.    Macam-macam tujuan Pendidikan Islam
5.    Contoh permasalahan yang terkait dengan tujuan pendidikan Islam

BAB II
                                                    PEMBAHASAN

A.       Pengertian secara Terminologis, Epistemologis, dan Ontologis
Secara Terminologis, Tujuan adalah arah, haluan, jurusan, maksud. Atau tujuan  adalah sasaran yang akan dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang yang melakukan sesuatu kegiatan. Atau menurut Zakiah Darajat, tujuan adalah sesuatu yang diharapkan tercapai setelah suatu usaha atau kegiatan selesai.[1] Karena itu tujuan pendidikan Islam adalah sasaran yang akan dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang yang melaksanakan pendidikan Islam.[2]
Secara Epistemologis, Merumuskan tujuan pendidikan merupakan syarat mutlak dalam mendefiniskan pendidikan itu sendiri yang paling tidak didasarkan atas konsep dasar mengenai manusia, alam, dan ilmu serta dengan pertimbangan prinsip-prinsip dasarnya. Hujair AH. Sanaky menyebut istilah tujuan pendidikan Islam dengan visi dan misi pendidikan Islam. Menurutnya, sebenarnya pendidikan Islam telah memiki visi dan misi yang ideal, yaitu “Rohmatan Lil ‘Alamin”. Munzir Hitami berpendapat bahwa tujuan pendidikan tidak terlepas dari tujuan hidup manusia, biarpun dipengaruhi oleh berbagai budaya, pandangan hidup, atau keinginan-keinginan lainnya.[3]
Secara Ontologis : Dalam Islam, hakikat manusia adalah makhluq ciptaan Allah. Sedangkan menurut tujuan umum pendidikan Islam ialah terwujudnya manusia sebagai hamba Allah. Jadi menurut Islam, pendidikan haruslah menjadikan seluruh manusia yang menghambakan kepada Allah. Yang dimaksud menghambakan diri ialah beribadah kepada Allah. Sebagaimana dalam firman Allah SWT,
Artinya : ”Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” (Q.S. Adz-Dzariyat: 56). Tujuan akhir pendidikan Islam adalah terciptanya insan kamil. Menurut Muhaimin bahwa insan kamil adalah manusia yang mempunyai wajah Qur’ani, tercapainya insan yang memiliki dimensi religious, budaya dan ilmiah. Mencari hakekat pendidikan adalah menelusuri manusia itu sendiri sebagai bagian pendidikan. Melihat pendidikan dan prosesnya kepada manusia, sebetulnya pendidikan itu sendiri adalah sebagai suatu proses kemanusiaan dan pemanusiaan. Istilah kemanusiaan secara leksikal bermakna sifat-sifat manusia, berperilaku selayaknya perilaku normal manusia, atau bertindak dalam logika berpikir sebagai manusia. Pemanusiaan secara leksikal bermakna proses menjadikan manusia agar memiliki rasa kemanusiaan, menjadi manusia dewasa, manusia dalam makna seutuhnya. Artinya dia menjadi riil manusia yang mampu menjalankan tugas pokok dan fungsinya secara penuh sebagai manusia. Banyak sekali sebetulnya apa yang dikemukakan oleh para ahli muslim, tapi kesemuanya pada esensinya sama dengan di atas. Selain itu bahwa pendidikan itu juga untuk menyempurnakan akhlaq manusia. Tugas pokok dan fungsi tersebut adalah sebagai mandataris Tuhan (Khalifatullah Fi Al-Ardhi). Imam Al-Gazali (w.1111 M) sebagaimana disimpulkan oleh Fathiyah Hasan Sulaiman, pada dasarnya mengemukakan dua tujuan pokok pendidikan Islam:
1.  Untuk mencapai kesempurnaan manusia dalam mendekatkan diri kepada Tuhan; dan
2.  Sekaligus untuk mencapai kesempurnaan hidup manusia dalam menjalani hidup dan penghidupannya guna mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
Mengutip Sayyid Quth, bahwa sesungguhnya tujuan pendidikan adalah untuk mewujudkan manusia yang yang baik (Al-Insan Al-Shalih) yang sudah pasti bersifat universal dan sudah pasti diakui semua orang dan semua aliran tanpa mempersoalkan di manapun negerinya dan apapun agamanya. Ghozali melukiskan tujuan pendidikan sesuai dengan pandangan hidupnya dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, yaitu sesuai dengan filsafatnya, yakni memberi petunjuk akhlak dan pembersihan jiwa dengan maksud di balik itu membentuk individu-individu yang tertandai dengan sifat-sifat utama dan takwa. Dengan ini pula keutamaan itu akan merata dalam masyarakat.
Menurut Al Syaibani, tujuan pendidikan Islam adalah :
1.   Tujuan yang berkaitan dengan individu, mencakup perubahan yang berupa pengetahuan, tingkah laku masyarakat, tingkah laku jasmani dan rohani dan kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki untuk hidup di dunia dan di akhirat.
2.    Tujuan yang berkaitan dengan masyarakat, mencakup tingkah laku masyarakat, tingkah laku individu dalam masyarakat, perubahan kehidupan masyarakat, memperkaya pengalaman masyarakat.
3.  Tujuan profesional yang berkaitan dengan pendidikan dan pengajaran sebagai ilmu, sebagai seni, sebagai profesi, dan sebagai kegiatan masyarakat.[4]
        Jadi kesimpulannya, pada hakekatnya tujuan pendidikan Islam adalah :
1.        Membentuk manusia beraqidah (Tarbiyah 'Aqidiyah)
2.        Membentuk manusia beraklak mulia (Tarbiyah Khuluqiyah)
3.        Membentuk manusia berfikir (Tarbiyah Fikriyah)
4.        Membentuk manusia sehat dan kuat (Tarbiyah Jismiyah)
5.        Membentuk manusia kreatif, inisiatif, antisipatif, dan responsive (Tarbiyah Amaliyah).[5]

B.       Asas, peranan dan Fungsi
1.     Asas. Oleh karena pendidikan Islam bersumberkan kepada Al-Quran dan hadis, maka asas pokok pendidikan Islam berasaskan kepada akidah, ibadat dan akhlak.  
a.  Asas Akidah. Pendidikan Islam dibina berasaskan akidah Islam, yaitu akidah yang menumbuhkan keyakinan kepada wujudnya Allah, menjelaskan dan menyatakan kepada muslimin tentang Rukun Iman yang menjadi asas kepada akidah yang benar.  Firman Allah yang artinya :
"Kamu (wahai umat Muhammad) adalah  sebaik-baik umat dilahirkan bagi (faedah) umat manusia, (karena) kamu menyuruh berbuat segala perkara yang baik dan mencegah dari melakukan kemungkaran serta kamu pula beriman kepada Allah". (QS. Ali Imran : 110)
b.  Asas Ibadat. Beribadah kepada Allah merupakan tujuan utama dalam hidup ini. Menyembah Allah berarti memusatkan penyembahan kepada Allah semata-mata dengan menjalani dan mengatur segala aspek kehidupan, lahir dan batin, jasmani dan rohani, baik dalam kehidupan individu sebagai hamba-Nya maupun dalam hubungan sesama manusia sebagai anggota masyarakat. Jadi untuk menghasilkan tujuan hidup ini, satu daripada asas yang ditekankan dalam pendidikan Islam ialah asas ibadat, baik berupa ibadat khusus ataupun ibadat umum. Firman Allah yang artinya : "Dan tidak Aku jadikan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepada Ku." (QS. Adz-Dzariyat: 56)
c.   Asas Akhlak. Mohd. Jawad Ridha (1972)  menyatakan, akhlak ialah sifat terpuji yang sepatutnya di miliki oleh setiap orang. Sebuah masyarakat tidak akan maju sekiranya ia tidak memiliki akhlak yang terpuji, karena akhlak yang terpuji bermaksud mendidik manusia ke arah mencapai kemajuan dalam kehidupan. Dalam konteks ini, Al-Abrasyi (1969) menyatakan bahwa pendidikan akhlak adalah jiwa pendidikan Islam. Puncak akhlak yang mulia merupakan sasaran murni dari segala pendidikan. Firman Allah yang artinya :
"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasullullah itu suri teladan yang baik bagimu, bagi orang-orang yang mengharapkan (rahmat) Allah dan keselamatan di hari kiamat dan banyak menyebut Allah". (QS. Al- Azhab: 21)
Sabda Rasulullah s.a.w yang artinya :
"Sesungguhnya diutuskan aku untuk menyempurnakan akhlak." [6]
Dalam literarur lain, menurut Darajat bahwa pendidikan Islam berlandaskan pada tiga hal berikut: Al-Qur’an, Al-Sunnah dan Ijtihad. Al-Nahlawi sependapat bahwa Al-Qur’an,  dan al-Sunnah sebagai asas pokok pendidikan Islam. Karena nyata sekali bahwa di masa rasul dan sahabat, pendidikan sangat tergantung dengan ajaran Al-Qur’an. Terlebih ketika ‘Aisyah menegaskan, sesungguhnya akhlak rasul itu adalah Al-Qur’an. Hal ini seperti penjelasan ayat berikut:
Artinya: ”Dan tiadalah yang diucapkan itu (Al-Qur’an)  menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya)”. (QS.53: 3-4)
Demikian pula, al-Sunnah juga sebagai asas pendidikan Islam, karena ia menjelaskan Al-Qur’an. Penjelasan ini diantaranya terdapat pada ayat berikut:
Artinya: Dan Kami turunkan kepadamu Al-Qur’an, agar kamu menerangkan pada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan. (QS. 16: 44).
Yaljan dalam nukilan Djumransyah menyatakan bahwa asas pendidikan Islam terdiri dari Al-Qur’an, dan sunnah yang diperluas dengan ijma’, qiyas, masalih al-Mursalah, shadh al-Dhari’ah, ‘urf dan istihsan. [7]
Menurut Sa’id Ismail Ali, asas/ dasar pendidikan Islam terdiri atas enam macam, yaitu Al-Qur’an, Sunnah, Qaul Al-Shahabat, Masalih Al-Mursalah, Urf dan pemikiran hasil ijtihad intelektual muslim.[8]
Dalam literatur lain, dikatakan bahwa dalam pendidikan setidaknya ada enam asas  yaitu :
1.      Universalitas pendidikan Islam
Pendidikan Islam bersifat universal (menyeluruh) dalam pandangan penumpuan, dan tafsirannya terhadap alam semesta. Ia menekankan pandangan yang universal antara jasmani dan rohani, antara jiwa dan raga, antara individu dan masyarakat, dan antara dunia dan akhirat.
Pendidikan Islam dengan ciri ini, membuka, mengembangkan, dan mendidik segala aspek pribadi, kemampuan-kemampuan, dan potensi-potensi manusia serta mengembangkan segala isi kehidupan dalam masyarakat dan meningkatkan kondisi budaya, sosial, ekonomi, dan politik, serta ikut berperan serta dalam menyelesaikan masalah-masalah yang di hadapi masyarakat saat ini dan mempersiapkan mereka untuk menghadapi tuntutan masa depan. Dengan demikian pendidikan Islam mencakup pengembanan individual dan sosial secara menyeluruh.
2.      Keseimbangan
Pendidikan Islam mewujudkan keseimbangan antara aspek-aspek pertumbuhan yang ada dalam individu dan masyarakat, yang artinya pendidikan Islam juga mewujudkan keseimbangan antara menjaga kebudayaan masa silam, tuntutan masa kini dan kebutuhan masa silam, tanpa mengutamakan salah satu di antaranya. Artinya pendidikan Islam tidak hanya mengungkit kejayaan masa lalu tanpa menghiraukan permasalahan yang meliputi masyarakat muslim sekarang ini, dan juga tidak hanya memenuhui tuntutan perkembangan sosial dan budaya masyarakat pada saat ini, tanpa mempertimbangkan akibat-akibat yang muncul di masa yang akan datang, dan demikin seterusnya.
3.      Kejelasan
Pendidikan Islam sebagai mana layaknya ajaran Islam yang jelas, juga memiliki konsep-konsep yang jelas, baik dari segi metode, kurikulum, sistem, dan aspek-aspek lain dalam pendidikan. Kejelasan akan berpengaruh pada operasional Pendidikan Islam, sehingga tujuan Pendidikan Islam dapat tercapai.
4.      Keselarasan
Pendidikan Islam tersusun secara organic antara bagian-bagiannya tidak ada pertentangan di dalamnya. Sebab dengan berlandaskan pada ajaran Islam, maka Pendidikan Islam harus berjalan dengan ketetapan-ketetapan Allah. Berbeda dengan sistem pendidikan lain yang terkadang pencapaian tujuan menjadi prioritas dari tujuan pendidikan tersebut, tanpa memperdulikan cara pencapaiannya. Dalam Pendidikan Islam, tujuan harus dicapai dengan cara yang sesuai dengan syariat-syariat Islam.
5.      Realisme dan dapat dilaksanakan
Pendidikan Islam berjalan dalam bingkai yang jelas dan realistis terhadap kenyataan dalam masyarakat. Hanya saja, Pendidikan Islam berpijak pada idealisme keislaman yang kadang disalah pahami oleh pihak pelaksana Pendidikan Islam. Akibatnya idalisme Pendidikan Islam tersebut dipandang sebagai lembaga yang mengutamakan nilai-nilai ukhrawi dan tidak peduli dengan kenyataan yang ada. Tegasnya, Pendidikan Islam adalah pendidikan yang berjalan seiring dengan perkembangan yang ada dalam masyarakat dan tetap menjaga nilai-nilai keislaman sebagai landasan berpijaknya.
6.      Dinamis dan reponsif terhadap perubahan
Pendidikan Islam tidak beku dalam tujuan-tujuan, kurikulum dan metodenya, tetapi ia selalu memperbaharui diri, dan berkembang. Ia memberi respon terhadap kebutuhan-kebutuhan zaman dan tempat dan tuntutan-tuntutan perkembangan dan problem sosial yang diakui oleh Islam dan digalakkannya dalam rangka prinsip-prinsip dan ajaran-ajarannya. Begitu juga ia memberi respon terhadap kepentingan individu dan masyarakat yang syariat Islam selalu memeliharanya dan juga selalu memperbaharui diri dan berkembang.
Maka jelas bahwa Pendidikan Islam tidak menutup mata terhadap perkembangan yang ada di tengah masyarakat, termasuk perkembangan sains dan tekhnologi, hanya saja Pendidikan Islam tidak larut dalam perkembangan yang nyata-nyata yang bertentangan dengan syariat-syariat Islam.[9]
2.     Peranan
Yaitu memberikan kontribusi terhadap upaya pengembangan potensi peserta didik sebagai generasi agama dan bangsa yang tidak hanya berkembang dalam bidang intelektual semata, melainkan juga mampu mewujudkan eksistensi dirinya sebagai insan kamil melalui potensi spiritual dan memiliki keterampilan, sehingga dengan potensi yang dimilikinya ia dapat mewarnai kehidupan dan masa depannya menuju kebahagiaan hidup baik di dunia maupun di akhirat.
3.     Fungsi
Fungsi tujuan pendidikan yaitu :
a.       Mengakhiri tujuan itu.
b.      Mengarahkan tujuan itu.
c.   Sebagai titik pangkal untuk mencapai tujuan-tujuan lain yaitu tujuan-tujuan baru maupun tujuan-tujuan lanjutan dari tujuan pertama.
d.     Memberi nilai  (sifat) pada usaha-usaha itu.[10]
e.      Menyediakan kriteria-kriteria untuk mengevaluasi proses pendidikan.[11]
f.    Juga berfungsi menyediakan fasilitas yang dapat memungkinkan tugas pendidikan berjalan dengan lancar.[12]
C.       Karakteristik
Karakteristik Pendidikan Islam adalah :
1.    Robbaniyah, seluruh aspeknya didasarkan pada nilai robbaniyah dijabarkan dalam Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya.
2.   Syamilah, pendidikan dibangun dengan memperhatikan segala aspek dalam kehidupan baik akal, jasad dan ruh, maupun dalam kerangka hubungan individu dengan masyarakat, alam dan Al Khaliq, tanpa pemisahan.
3.  Mutakamilah, pendidikan tidak terbatas pada tempat tertentu. Berlangsung di sekolah, masjid, rumah, di jalan, di kebun, medan pertempuran bahkan di pasar.
4.   Marhaliyah, seluruh tabiat alam terjadi secara bertahap, demikian pula perkembangan fisik dan psikis manusia. Karena itu pendidikan dibangun dengan sifat bertahap dan mengikuti perkembangan kematangan manusia.
5.  Muruunah, dalam aplikasi pendidikan disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang melatar belakangi dan melingkupi obyek dan subyek pendidikan, justru dalam rangka optimalisasi hasil.
6.  Istimroriyah, proses pendidikan tidak mengenal istilah “Usai”. Setiap individu wajib belajar sepanjang hayat (Long-Life Education)
7.   Tanmawiyah, memberikan peluang pembaharuan metode dan gaya penyampaian sejalan dengan penemuan dan perkembangan ilmu, selama berjalan pada prinsip-prinsip dasar Islam.
8.     Fardhiyah, Islam mewajibkan setiap individu untuk menuntut ilmu. Implikasinya, berarti melibatkan semua pihak untuk mempersiapkan segala perangkat, sarana dan perlengkapan pendidikan sebaik-baiknya.
9.     Tathbiqiyah, pendidikan bersifat praktis, artinya setiap ilmu yang diperoleh harus berorientasi pada produktivitas.
10.  Hurriyah, pendidikan didasarkan pada kebebasan. Islam tidak memaksakan harus belajar apa dan bagaimana, setiap individu bebas mereguk ilmu apa saja dan sebatas mana saja.
11.  Infitah, pendidikan berdasar prinsip keterbukaan. Setiap muslim menyerap ilmu dari mana saja, serta pula mampu memanfaatkan turots (warisan peradaban manusia terdahulu yang bermanfaat)
12.  Maslahah, pendidikan dibangun untuk memberikan kemaslahatan ummah, nantinya memberikan kontribusi dalam pendidikan kesejahteraan, kemakmuran dan peradaban ummah. Oleh karena itu, pendidikan Islam berorientasi pada nilai manfaat dan mashlahat bagi ummat.[13]
D.       Macam-macam
Macam-macam tujuan pendidikan menurut Islam yaitu :
1.  Tujuan umum : ialah tujuan yang akan dicapai dengan semua kegiatan pendidikan, baik dengan pengajaran atau dengan cara yang lainnya. Tujuan umum lebih bersifat empirik dan realistik. Tujuan umum berfungsi sebagai arah yang taraf pencapaiannya dapat diukur karena menyangkut perubahan sikap, perilaku dan kepribadian peserta didik. An Nahlawy menunjukkan empat tujuan umum dalam pendidikan Islam yaitu :
a.       Pendidikan akal dan persiapan pikiran.
b.      Menumbuhkan potensi-potensi dan bakat-bakat asal pada anak-anak.
c.   Menaruh perhatian pada kekuatan dan potensi generasi muda dan mendidik mereka sebaik-baiknya, baik laki-laki maupun perempuan.
d.        Berusaha untuk menyumbangkan segala potensi-potensi dan bakat-bakat manusia.[14]
2.     Tujuan akhir/ Tertinggi : yaitu terwujudnya ”insan kamil” (manusia paripurna).[15]
Menurut Al Abrasyi, merinci tujuan akhir pendidikan islam menjadi :
a.       Pembinaan akhlak.
b.      Menyiapkan anak didik untuk hidup di dunia dan akhirat.
c.       Penguasaan ilmu.
d.      Keterampilan bekerja dalam masyarakat.
Menurut Asma Hasan Fahmi, tujuan akhir pendidikan islam dapat diperinci menjadi:
a.       Tujuan keagamaan.
b.      Tujuan pengembangan akal dan akhlak.
c.       Tujuan pengajaran kebudayaan.
d.      Tujuan pembicaraan kepribadian.
Menurut Munir Mursi, tujuan pendidikan islam menjadi :
a.       Bahagia di dunia dan akhirat.
b.      Menghambakan diri kepada Allah.
c.       Memperkuat ikatan keislaman dan melayani kepentingan masyarakat islam.
d.      Akhlak mulia.
            Bila tujuan pendidikan seperti apa yang disampaikan oleh Asma Hasan al Fahmi dan Munir Mursi, maka tujuan pendidikan adalah pengembangan akal dan akhlak yang dalam akhirnya dipakai untuk menghambakan diri kepada Allah SWT. Manusia mempunyai aspek rohani seperti yang dijelaskan dalam surat al Hijr ayat 29 : “Maka Aku telah menyempurnakan kejadiannya dan meniupkan ke dalamnya roh-Ku, maka sujudlah kalian kepada-Nya”. Dan tujuan akhir pendidikan Islam itu dapat dipahami dari firman Allah SWT yang artinya : ”Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dengan sebenar-benarnya takwa dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim berserah diri kepada Allah.” (Q.S. Ali Imran: 102). Jadi insan kamil yang mati dalam keadaan berserah diri kepada Allah inilah merupakan tujuan  akhir dari pendidikan Islam.[16]
3.  Tujuan Sementara yaitu tujuan yang akan dicapai setelah anak didik diberi sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalam suatu kurikulum pendidikan formal. Atau tujuan sementara adalah sasaran sementara yang harus dicapai oleh umat Islam yang melaksanakan pendidikan Islam. Maksudnya yaitu tercapainya berbagai kemampuan seperti kecakapan jasmaniah, pengetahuan membaca, menulis, pengetahuan ilmu-ilmu kemasyarakatan, kesusilaan, keagamaan, kedewasaan jasmani-rohani dan sebagainya.[17]
4.     Tujuan Operasional yaitu tujuan praktis yang dicapai melalui kegiatan pendidikan tertentu.[18]
      Sedangkan di dalam Tujuan Pendidikan Islam,  Marimba mengemukakan dua macam tujuan, yaitu :
1.  Tujuan sementara yaitu sasaran sementara yang harus dicapai oleh umat Islam yang melaksanakan pendidikan Islam. Maksudnya yaitu tercapainya berbagai kemampuan seperti kecakapan jasmaniah, pengetahuan membaca, menulis, pengetahuan ilmu-ilmu kemasyarakatan, kesusilaan, keagamaan, kedewasaan jasmani-rohani dan sebagainya.[19]
2.  Tujuan akhir yaitu terwujudnya kepribadian muslim yang terdiri dari aspek-aspek kejasmaniahan, aspek-aspek kejiwaan dan aspek-aspek kerohaniahan yang luhur. Tujuan akhir pendidikan Islam adalah terciptanya insan kamil .Menurut Muhaimin bahwa insan kamil adalah manusia yang mempunyai wajah Qurani, tercapainya insan yang memiliki dimensi religious ,budaya dan ilmiah.
Sedangkan Abdul Fatah Jalal mengelompokkan tujuan pendidikan Islam menjadi :
1.  Tujuan umum yaitu menjadikan manusia sebagai abdi atau hamba Allah SWT., yang senantiasa mengagungkan dan membesarkan asma Allah SWT dengan meneladani Rasulullah SAW, menjunjung tinggi ilmu pengetahuan, suka mempelajari segala yang bermanfaat baginya dalam merealisasikan tujuan yang telah digariskan oleh Allah SWT.  Seperti tercermin Dalam Q.S Al-Muddasir: 1-3, Al-”alaq: 1-5, Az-Zariyat: 56-58, al-Baqarah: 21, Al-Anbiya’: 25, An-Nahl: 36. Menurut Abdul Fatah Jalal, tujuan umum pendidikan Islam ialah terwujudnya manusia sebagai hamba Allah. Jadi menurut Islam, pendidikan haruslah menjadikan seluruh manusia yang menghambakan kepada Allah. Yang dimaksud menghambakan diri ialah beribadah kepada Allah. Islam menghendaki agar manusia dididik supaya ia mampu merealisasikan tujuan hidupnya sebagaimana yang telah digariskan oleh Allah. Tujuan hidup manusia itu menurut Allah ialah beribadah kepada Allah. Seperti dalam surat al Dzariyat ayat 56 : “Dan Aku menciptakan Jin dan Manusia kecuali supaya mereka beribadah kepada-Ku
2.  Tujuan khusus. Yaitu  perincian dari tujuan umum. Atau pengkhususan atau operasional tujuan tertinggi/ terakhir dan tujuan umum pendidikan Islam. Tujuan khusus bersifat relatif sehingga dimungkinkan untuk diadakan perubahan dimana perlu sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan, selama tetap berpijak pada kerangka tujuan tertinggi/ terakhir dan umum itu.[20]
Tujuan khusus antara lain :
a.       Mendidik individu yang saleh dengan memperhatikan perkembangan rohaniah, emosional, sosial, intelektual dan fisik
b.      Mendidik anggota kelompok sosial yang saleh, baik dalam keluarga maupun masyarakat muslim
c.    Mendidik manusia yang saleh bagi masyarakat insani yang besar. Ketiga hal tersebut menjadi salah satu tujuan khusus yang hendak dicapai dalam tujuan pendidikan Islam.[21]
E.       Permasalahan
1.     Jika terdapat kasus seseorang yang melanjutkan pendidikan dengan tujuan ekonomis dan dianggap sebagai sebuah investasi yaitu diantaranya  untuk memperoleh sebuah gelar tanpa menghiraukan segi mutu pribadinya/ sumberdaya manusianya. Gelar dianggap sebagai tujuan utama, ingin segera dan secepatnya diraih supaya modal yang selama ini dikeluarkan akan menuai keuntungan. Tujuan pendidikan seperti ini sekalipun akan memproduksi anak didik yang memiliki status pendidikan yang tinggi, namun status tersebut tidak akan menjadikan mereka sebagai individu-individu yang beradab.
2.   Banyaknya dari kalangan muslim memiliki pendidikan yang tinggi, namun dalam kehidupan nyata, mereka belum menjadi muslim-muslim yang baik dan berbahagia. Masih ada kesenjangan antara tingginya gelar pendidikan yang diraih dengan rendahnya moral serta akhlak kehidupannya serta kurangnya kepekaan dan partisipasi dalam kiprahnya di masyarakat. Sehingga tujuan pendidikan Islam terhadap dirinya tidak menimbulkan bekas/ kesan yang berarti dan dapat dinikmati.
3.  Ada segelintir politikus/ pengusaha/ konglomerat/ pendidik yang mengaku beragama Islam dan menyandang gelar yang tinggi sebagai intelektual, tapi dalam kenyataannya mereka terlibat dalam beberapa kasus seperti tindak pidana korupsi, pelecehan seksual, penyalahgunaan wewenang, kekerasan dalam rumah tangga dan lain-lain yang tidak sesuai dengan tujuan pendidikan Islam.

BAB III
PENUTUP
A.       Kesimpulan
    Dari pembahasan hakekat tujuan Pendidikan Islam, dapat kami simpulkan sebagai berikut  :
1.    Pengertian tujuan Pendidikan Islam secara Terminologis adalah sasaran yang akan dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang yang melaksanakan pendidikan Islam. Secara Epistemologis, sebenarnya pendidikan Islam telah memiki visi dan misi yang ideal, yaitu “Rohmatan Lil ‘Alamin”. Dan tujuan pendidikan tidak terlepas dari tujuan hidup manusia, biarpun dipengaruhi oleh berbagai budaya, pandangan hidup, atau keinginan-keinginan lainnya. Secara Ontologis : tujuan umum pendidikan Islam ialah terwujudnya manusia sebagai hamba Allah. Atau pada hakekatnya tujuan pendidikan Islam adalah  untuk membentuk manusia beraqidah (Tarbiyah ‘Aqidiyah), membentuk manusia beraklak mulia (Tarbiyah Khuluqiyah), membentuk manusia berfikir (Tarbiyah Fikriyah), membentuk manusia sehat dan kuat (Tarbiyah Jismiyah), membentuk manusia kreatif, inisiatif, antisipatif, dan responsive (Tarbiyah Amaliyah).
2.   Asas tujuan Pendidikan Islam adalah Al-Qur’an, sunnah, Qaul Al-Shahabat, ijma’, qiyas, masalih al-Mursalah, shadh al-Dhari’ah, ‘urf dan istihsan. pemikiran hasil ijtihad intelektual muslim  Dan juga akidah, ibadat dan akhlak. Dan juga Universalitas pendidikan Islam, Keseimbangan, Kejelasan, Keselarasan, Realisme dan dapat dilaksanakan, Dinamis dan reponsif terhadap perubahan. Peranannya yaitu memberikan kontribusi terhadap upaya pengembangan potensi peserta didik sebagai generasi agama dan bangsa yang tidak hanya berkembang dalam bidang intelektual semata, melainkan juga mampu mewujudkan eksistensi dirinya sebagai insan kamil melalui potensi spiritual dan memiliki keterampilan, sehingga dengan potensi yang dimilikinya ia dapat mewarnai kehidupan dan masa depannya menuju kebahagiaan hidup baik di dunia maupun di akhirat. Fungsi  tujuan pendidikan yaitu : mengakhiri tujuan, mengarahkan tujuan, sebagai titik pangkal untuk mencapai tujuan-tujuan lain yaitu tujuan-tujuan baru maupun tujuan-tujuan lanjutan dari tujuan pertama, memberi nilai  (sifat) pada usaha-usaha, menyediakan kriteria-kriteria untuk mengevaluasi proses pendidikan, menyediakan fasilitas yang dapat memungkinkan tugas pendidikan berjalan dengan lancar.
3.    Karakteristik pendidikan Islam adalah Robbaniyah, SyamilahMutakamilahMarhaliyahMuruunah,  IstimroriyahTanmawiyahFardhiyahTathbiqiyah, Hurriyah, Infitah, Maslahah,
4.    Macam-macam tujuan pendidikan menurut Islam yaitu : Tujuan umum,  Tujuan akhir/ Tertinggi, Tujuan Sementara, Tujuan Operasional,  Tujuan khusus
5. Contoh Permasalahan yaitu kasus seseorang yang melanjutkan pendidikan dengan tujuan ekonomis dan dianggap sebagai sebuah investasi yaitu diantaranya  untuk memperoleh sebuah gelar tanpa menghiraukan segi mutu pribadinya/ sumberdaya manusianya,  Banyaknya dari kalangan muslim memiliki pendidikan yang tinggi, namun dalam kehidupan nyata, mereka belum menjadi muslim-muslim yang baik dan berbahagia. Masih ada kesenjangan antara tingginya gelar pendidikan yang diraih dengan rendahnya moral serta akhlak kehidupannya serta kurangnya kepekaan dan partisipasi dalam kiprahnya di masyarakat.  Segelintir politikus/ pengusaha/ konglomerat/ pendidik yang beragama Islam yang bermasalah melakukan tindak pidana korupsi, pelecehan seksual, penyalahgunaan wewenang, kekerasan dalam rumah tangga dan lain-lain yang tidak sesuai dengan ajaran Islam.
B.       Saran
Untuk memenuhi fungsi-fungsi tujuan, maka hendaklah tujuan pendidikan  dirumuskan atas dasar nilai-nilai ideal yang diyakini, yang kelak akan dapat mengangkat harkat dan martabat manusia, yaitu nilai ideal yang menjadi kerangka pikir dan bertindak bagi seseorang untuk menuju cita-cita yang terarah.

DAFTAR PUSTAKA
Al Rasyidin dan Nizar, Samsul. Filsafat Pendidikan Islam, Pendekatan Historis, Teoritis Dan Praktis,  cet. Ke-2. Ciputat: PT. Ciputat Press, 2005.                            
Ihsan, Hamdani dan Ihsan, Fuad. Filsafat Pendidikan Islam, cetakan III. Bandung: CV.Pustaka Setia, 2007.
Indar, Djumbransyah.  Filsafat Pendidikan Islam. Surabaya: Usaha Nasional, 1992.
http://info.g-excess.com/id/info/AsasPendidikanIslam.info
http://kutiba.multiply.com/journal/item/6/PENDIDIKAN_ISLAM
Ramayulis. Ilmu Pendidikan Islam, cet. Ke-5. Jakarta: Kalam Mulia, 2006.
http://paisnews.blogspot.com/2009/06/hakekat-tujuan-pendidikan-islam.html 
http://starawaji.wordpress.com/2009/05/21/asas-asas-pendidikan-islam/


[1] Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, cet. Ke-5 (Jakarta: Kalam Mulia, 2006), 133.
[2] Hamdani Ihsan dan Fuad Ihsan, Filsafat Pendidikan Islam, cetakan III (Bandung: CV.Pustaka Setia, 2007), 68.
[3]  http://paisnews.blogspot.com/2009/06/hakekat-tujuan-pendidikan-islam.html 
[4]http://paisnews.blogspot.com/2009/06/hakekat-tujuan-pendidikan-islam.html 
[5] http://kutiba.multiply.com/journal/item/6/PENDIDIKAN_ISLAM
[6] http://info.g-excess.com/id/info/AsasPendidikanIslam.info
[7] Djumbransyah Indar,  Filsafat Pendidikan Islam  (Surabaya: Usaha Nasional, 1992),  40.
[8] Al Rasyidin dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, Pendekatan Historis, Teoritis Dan Praktis,  cet. Ke-2 (Ciputat: PT. Ciputat Press, 2005), 35.
[9]   http://starawaji.wordpress.com/2009/05/21/asas-asas-pendidikan-islam/
[10]  Hamdani Ihsan dan Fuad Ihsan, Filsafat..., 61.
[11]  Ibid., 62.
[12]  Al Rasyidin dan Samsul Nizar, Filsafat..., 32.
[13] http://kutiba.multiply.com/journal/item/6/PENDIDIKAN_ISLAM
[14] Ramayulis, Ilmu...,  138.
[15] Ramayulis, Ilmu..., 134.
[16] Hamdani Ihsan dan Fuad Ihsan, Filsafat...., 64.
[17] Ibid., 68.
[18] Ibid., 65.
[19] Ibid., 68.
[20] Ramayulis, Ilmu..., 140.
[21] http://paisnews.blogspot.com/2009/06/hakekat-tujuan-pendidikan-islam.html